Sudah saatnya kita memulai untuk belajar kejujuran dari Syekh Abdul Qadir Jailani, ada sebuah pepatah dari arab mengatakan ” Kepalanya (pangkalnya) dosa itu adalah berbohong”.
Kenapa demikian ?
Baik, anda pernah berbohong ?
Jika jawabannya iya, kenapa anda bisa berbohong ?
Jawabannya ialah, bohong yang dilakukan disebabkan satu masalah/ kesalahan yang ingin ditutup-tutupi dan bersifat privasi, tidak ingin ada orang lain yang mengetahui akan perbuatan yang dilakukan. Bermula dari berbohong tersebut ia akan mulai sering untuk berucap yang tidak jujur, dimana dan kapan pun ia akan berkata dan bercerita mengenai kedustaan karena kebohongan yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa dtinggalkan.
Dengan demikian, wajar jika berbohong menjadi alasan ia untuk menjadi kepalanya dosa. Dengan berbohong yang sering dilakukan maka dosa yang ada akan menumpuk dan semakin banyak.
Padahal sedari kecil kita mengetahui dan bahkan telah diajarkan mengenai sifat ini, siapa pun gurunya dan siapa pun orangnya pasti akan mengakatakan “nak jangan suka berbohong, bohong itu tidak baik ntar masuk neraka!”. Itulah ungkapan yang sering kita dengar semasa kecil, namun hingga saat ini pula kebohongan itu masih tetap berlanjut.
Belajar Kejujuran Dari Syekh Abdul Qadir Jailani
Sudah tak asing lagi ditelinga kita warga Indonesia khususnya yang selalu aktif mengikuti kegiatan ta’lim ataupun pengajian mendengar nama dari salah satu ulama yang memiliki gelar Sulthonul Auliya, yaitu Syekh Abdul Qodir Jailani. Beliau merupakan ulama sufi yang terkenal dengan kelimuan serta kewaliannya, diman ia merupakan sebagai rujukan para tokoh sufi saat ini di dalam memperdalam pengathuan tentang ilmu hakikat. Beliau juga mempunyai aliran tarikat dengan sebutan tarikat Qodariyah, yang ia amalkan sendiri dan diajarkan kepada para murid-muridnya.
Apa yang dipelajari dari Syekh Abdul Qadir Jailani dari kejujurannya ?
Dahulu semasa usia remajanya beliau rajin untuk menuntut ilmu walaupun itu jauh dari rumahnya, suatu ketika disaat ia ingin berpergian belajar sang ibu menitipakn uang dirham (berupa emas) kepadanya sebagai bekal dalam perjalanan. Namun uang yang diberikan ibunya diletakkan di saku dalam tepatnya dibawah ketiak yang ia jahit sendiri agar tak terlihat oleh orang lain, dan ia berpesan kepada anaknya untuk selalu berucap jujur dan tidak berbohong.
Di tengah perjalanan untuk menuntut ilmu beliau dan para romobongan lainnya diberhentikan oleh para kawanan perampok, sehingga seluruh barang bawaan para rombongan diambil secara paksa oleh para penyamun tersebut. Ketika tiba pada giliran Syekh Abdul Qadir Jailani mereka bertanya “apa yang engkau bawa wahai pemuda?”, lalu ia menjawab “aku tidak membawa apa-apa selain perbekalan ini dan uang yang diberikan oleh ibuku, dan disimpan di saku di bawah ketiakku”, mereka tertawa dengan ucapan Syekh Abdul Qadir Jailani yang dikira telah berbohong namun disaat mereka mencoba memeriksanya, mereka menemukan apa yang dikatakan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani.
“Kenapa engkau berkata jujur wahai pemuda akan uang yang disembunyikan oleh ibumu disaku ini?”, ia menjawab “aku diperintahkan oleh ibuku untuk tidak berbohong kepada siapa pun”, mendengar perkataan yang terucap dari seorang pemuda membuat mereka sentak dan takjub sehingga saat itu pula mereka bertaubat dan mengembalikan semua barang yang telah dirampasnya.
Dengan sedikit mempelajari dan belajar kejujuran dari Syekh Abdul Qodir Jailani kita dapat menjadikan pribadi yang baik dan dapat dicontoh oleh banyak orang.
Mari kita ajarkan kepada adik, anak, saudara, tetangga dan murid untuk belajar jujur, sebgaiman belajar kejujuran dari Syekh Abdul Qodir Jailani yang telah dicontohkan kepada kita.