bilal, di ujung prestasi
bilal, di ujung prestasi

Bilal, di Ujung Prestasi

Posted on

Nama sayyidina Bilal bin Rabah tentu tidak asing bagi kita. Namun, tahukah kita jika sayyidina Bilal sebenarnya mempunyai prestasi mengagumkan yang mungkin tak banyak diketehui. Mengingat kedudukannya sebagai hamba sahaya, sayyidina Bilal mempunyai keimanan yang tinggi. Ya, sebagai seorang budak milik Umayyah bin Khalaf, pria berkulit hitam yang lahir 43 tahun sebelum Hijrah itu sudah terbiasa dengan siksaan. Bahkan siksaan tersebut bertambah dasyat ketika diketahui bahwa ia telah masuk Islam.

Dari paksaan ditindih batu besar, dijemur di atas padang pasir dengan baju besi sampai cambukan di sekujur tubuh hanya karena ia menolak keluar dari Islam. “Ahad, Ahad …Ahad[1].” Hanya ketabahan dan kata-kata itulah yang keluar untuk menahan siksaan tak manusiawi dari salah satu petinggi kaum Quraisy tersebut.

Yang mengagumkan adalah, sebagai budak, sayyidina Bilal termasuk salah satu assabiqunal awwalun. Ketika Rasulullah Saw. baru saja memulai dakwah menyebarkan agama Islam di tanah Mekkah, budak asal Habasyah tersebut menjadi salah satu kelompok orang pertama yang memeluk Islam kala itu. Meskipun ada beberapa sahabat Nabi yang terlebih dahulu mendahuluinya, seperti: Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar Ash Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘ Ammar bin Yasir bersama dengan ibunya, Sumayyah, Shuhaib Ar Rumi dan juga Al Miqdad Bin Al Aswad.

Penderitaan sayyidina Bilal berkurang setelah sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq memerdekannya. Tak hanya disambut suka cita oleh sahabat Rasul lainnya, sayyidina Bilal juga diajak berhijrah ke Madinah. Setelah sampai di Madinah, ia menjadi muadzin pertama di Madinah dan Mekkah. Dalam catatan sejarah sayyidina Bilal juga mengumandangkan adzan seusai perang Badar. Akhir menggembirakan yang membuat Mekkah berhasil dibuka kaum muslimin.

Sahabat yang dulunya dikenal sebagai ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam) bahkan telah tercantum sebagai penduduk surga semasa masih hidup. Rasulullah Saw. sendirilah yang mengabarinya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ لِبِلاَلٍ عِنْدَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ فِي اْلإِسْلاَمِ مَنْفَعَةً فَإِنِّي سَمِعْتُ اللَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ بِلاَلٌ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً فِي اْلإِسْلاَمِ أَرْجَى عِنْدِيْ مَنْفَعَةً مِنْ أَنِّي لاَ أَتَطَهَّرُ طُهُوْرًا تَامًّا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ وَلاَ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كَتَبَ اللَّهُ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ (رواه مسلم

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, “Rasulullâh bersabda kepada Bilal  setelah menunaikan shalat Subuh, ‘Wahai Bilal , beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam! Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di depanku di surga.’

Bilal  Ra. menjawab, ‘Tidak ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan, yang lebih kuharapkan manfaatnya dalam Islam dibandingkan dengan (harapanku terhadap) perbuatanku yang senantiasa melakukan shalat (sunnah) yang mampu aku lakukan setiap selesai bersuci dengan sempurna di waktu siang ataupun malam.’ [HR Muslim]

Di ujung kehidupan, sayyidina Bilal sempat menjawab perkataan istrinya yang merasa iba dengan keadaannya.” Benar-benar suatu duka.”

“Tidak, justru suatu kebahagiaan karena besok aku akan menemui Rasulullah Saw. dan para sahabat.” jawabnya. Tak berselang lama, sahabat setia Rasul Saw. tersebut terbaring dengan senyuman rindu menemui kekasihnya.

 

 

 

 

[1] yang berarti Allah Maha Esa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *